Mengenal Suku Duano
Jumat, 16 Maret 2012
9
komentar
Untuk pembahasan kali ini Saya ingin membahas Suku Duano yang ada di daerah Saya. Dimana Desa itu amat lah terpencil, Desa ini di namakan Kuala Enok Indragiri Hilir, Riau. Jika dilihat dari ukuran kepulauan, Kuala Enok adalah sebuah Desa yang amatlah kecil begitu pula penduduknya tidak lah begitu banyak. Bahkan jika dilihat dari sebuah Peta, sedikit pun tiada tampak kecuali aura kehidupan yang tentram yang akan muncul di pandangan kalian. begitupun alat transportasi yang digunakan juga hanya berupa speed boat, sepeda dan motor.
Namun hari tak berhenti begitu saja, Waktu selalu berjalan menjalankan kewajibannya memutar segala Alam serta isi di dalamnya. Hingga saat ini pula kuala enok di penuhi penduduk pendatang dari luar INHIL dan Sekitarnya. Juga tidak heran kini berbagai macam bentuk rupa, budaya, dan suku ada disana. Tidaklah hanya satu suku yang mendiami wilayah tersebut, namun ada banyak suku yang menetap diwilayah tersebut. Diantaranya yaitu suku melayu, Bugis, Jawa, banjar, minang, serta Suku Duano.
Pada pembahasan kali ini Saya akan Fokus membahas suku Duano yang ada di Desa Saya. Tujuan kali ini yaitu semata Saya ingin mengenalkan kepada Mereka yang belum tau seperti apa itu Suku Duano.
![]() |
Penduduk Suku Duano |
Apa itu Suku Duano ?
Suku Duano merupakan Suku dimana penduduknya adalah Orang laut yang tinggalnya di pesisir laut. Mereka sebagian besar berkulit hitam. Laut adalah sumber kehidupannya, dimana setiap harinya untuk bisa bertahan hidup Mereka harus menelusuri tanah- tanah berlumpur untuk mencari kerang , kupang dan Lokan. Tidak semudah yang Kita bayangkan dengan kehidupan yang serba apa adanya, Mereka dengan gigihnya bekerja keras demi Keluarga Mereka. Selebihnya dari Mereka ada yang berlayar di laut, menjaring ikan, dan lain sebagainya. lalu hasil dari tangkapan yang di peroleh dari mencari Ikan Mereka jual setiap harinya ke pasaran Dan dari situlah Mereka akan mendapatkan Sedikit uang yang bisa menghidupi Keluarga Mereka serta begitu lah mereka seterusnya. Memang dibeberapa bagian masyarakat Duano, perkembangan mampu mengubah beberapa sendi kehidupan mereka. Namun secara umum, mereka tetap melakoni apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka sejak ratusan tahun lalu hingga kini. Namun Satu kemajuan yang sudah terlihat nyata sekarang pada Suku Duano adalah kebiasaan menetap di daratan. Berbeda ketika pada 1980-an lalu dimana suku tersebut lebih merasa nyaman hidup di atas perahu. Kini mereka bersama dengan orangtuanya sudah tinggal di gubuk hasil bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Inhil.
Bagaimana Anak-Anak Suku Duano berinte-raksi dengan Suku-Suku lainnya ?
Biasa saja, mereka Anak - Anak Suku Duano tidak merasa minder akan dirinya. Namun terkadang anak - anak yang berbeda dari mereka lah yang tak bosannya mengucilkan mereka anak- anak suku Duano. sehingga dari itu lah terkadang terjadinya perselisihan antar suku.jika kita tidak seperti itu, tentunya mereka tidak akan seperti itu juga. Mereka sedikit sensitif dari kalangan kita biasanya, mereka mudah marah dan emosi pada lingkungan disekitarnya, untuk menyusaikan diri bagi mereka amatlah butuh waktu.
Seperti apa nasib Pendidikan Anak-Anak Suku Duano ?
"Lautan merupakan sumber penghidupan kami, tetapi sedihnya kemampuan ekonomi warga Duano saat ini sangat terbatas dan tingkat pendidikan masih rendah. Semuanya masih bersandar pada pola tradisional," terang Hasanuddin, yang juga pengurus Keluarga Besar Duano Riau Cabang Inhil. ini akan menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Inhil. Dimana Secara keseluruhan, Suku Duano yang terdapat di Kabupaten Inhil menyebar di beberapa kecamatan di pesisir seperti Reteh, Mandah, Kateman, Concong dan Kuindra. Dan Tingkat pendidikannya rata-rata masih sekolah dasar, juga dari data sementara baru terdapat sekitar 10 orang yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang S1.Terdapat satu orang yang telah menyelesaikan pendidikan S2, yakni Hasmawi, Sag. MM. dan saat ini menjadi PNS di lingkungan Pemkab Inhil. Tokoh-tokoh masyarakat Duano seperti Hasanuddin, Hasmawi, Ir. Sarpan Firmansyah sangat berharap perhatian yang serius dari Pemkab Inhil agar kehidupan suku tersebut dapat ditingkatkan.
Seperti Apakah Tradisi Budaya Suku Duano ?
Apa kalian pernah mendengar surfing lumpur ???
Apa pernah melihat di pantai orang yang sedang surfing dengan papan selancarnya ???
Asik bukan ???
Ya begitulah tradisi di suku Duano, dimana ada kekurangan di situ ada kelebihan. sebut saja SURFING LUMPUR. Beda dengan mereka yang kalian lihat surfing di ombak yang besar dan menari - nari di atasnya dengan menunggangi papan seluncurnya yang mewah. Didalam tradisi Suku Duano terdapat yang namanya MANONGKAH. Apa itu Manongkah ??? Di dalam Masyarakat Suku Duano (suku laut) memiliki tradisi leluhur Manongkah yang hingga kini tetap dilestarikan. Tradisi ini terbilang unik dan langka di Dunia. Manongkah merupakan aktivitas tradisional komunitas Suku Duano yakni menangkap kerang (Anadar Granosa) di hamparan padang lumpur dengan mengunakan sebilah papan seperti papan seluncur sungguhan. Hanya saja papan itu terbuat dari Pohon Besar yang sudah Tua. Sekilas aktivitas Manongkah ini mirip dengan peselancar. Hanya objek dan teknik yang digunakan jauh berbeda dengan selancar. Saat mencari kerang di permukaan lumpur, warga Suku Duano bagaikan peselancar profesional, papan sebagai sebagai alat paling efektif bergerak cepat dilumpur yang di dayung menggunakan kaki dan tangan sesuai arah dituju. Aktifitas berburu kerang atau biasa disebut ‘Menongkah Kerang’ ini dilakukan oleh warga setempat pada saat air Sungai Indragiri Hilir sedang surut. Pada saat itu hamparan daratan lumpur dengan mudah dilalui menggunakan sebilah papan berukuran lebar sekitar 30 centimeter dan panjang lebih dari 1,5 meter.kegiatan manongkahPemandangan langka ini hanya dapat ditemukan di Per-kampungan Suku Laut atau juga dikenal dengan Suku Duano. Salah satu masyarakat adat asli ini bermukim di beberapa kecamatan di Indragiri Hilir seperti di Kecamatan Tanah Merah dan Concong. Kini tradisi leluhur itu terus diper-tahankan. Pemkab Indrgiri Hilir bersama komunitas Suku Duano menga-dakan helat akbar pelestarian Manongkah yang dikemas kedalam kegiatan Gerakan Manongkah Massal di Pantai Bidari Desa Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir. Ratusan warga pun turun ke lumpur untuk turut memeriahkan helat Gerakan Manongkah Massal. Pada tahun 2008 lalu, Manongkah massal yang dilakukan komunitas Suku Duano mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Menongkah massal yang melibatkan lebih dari 500 peserta Menurut Ketua Suku Duanu Sarpan Firmansyah, tradisi Manongkah sudah ada di perkampungan suku laut. Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir sejak tahun 1685 Dari sinilah berawal munculnya turunan Manongkah seperti selancar atau surfing yang kali pertama di adakan di Hawai pada tahun 1767 dan terus berkembang ke skatboard pada tahun 1940 di Amerika Serikat. Untuk tetap mempertahankan tradisi leluhur budaya negeri, komunitas Suku Duanu sudah bertekad akan mendaftarkan Manongkah sebagai hak kekayaan intelektual suku laut ke komite dewan warisan dunia dibawah naungan Unisco. Kini Manongkah memiliki potensi yang luar biasa dalam mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Indragiri Hilir. Rencananya tradisi budaya Manongkah juga akan dijadikan kalender even pariwisata andalan Kabupaten Indragiri Hilir Riau.
Langkah apa yang harus dilakukan Pemerintah untuk mengupayakan kehidupan yang layak bagi Masyarakat Duano ?
Langkah apa yang harus dilakukan Pemerintah untuk mengupayakan kehidupan yang layak bagi Masyarakat Duano ?
Pemerintah harus turun langsung ke lapangan menangani segala Hal yang terjadi di kalangan suku Duano. Tidak hanya mengutus perwakilan yang hanya bisa memberi lalu pergi. Jika mereka mendapat perhatian yang khusus pastinya mereka tak akan bertindak anarkis pada suku lain dari mereka dalam mencari nafkah hidup untuk keluarga mereka (suku Duano).Jauhkan dari mereka Profokator yang asal bicara, semena - mena dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan dan keterpurukan. Karna bukan dari anak mereka, bukan dari budaya mereka, tapi karena Sumber daya Manusia dan lingkungan yang mempengaruhi mereka...
Semoga Bermanfaat...
sumber : infoinhil.com
Serta pengalaman hidup bersama mereka...
9 komentar:
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Duanu desin piak mingkan nyebokan bahasu ken biak macam mu menengkat nu zaman,,,,,
usah ku lupu teradup desin-desin dol memeru ku sebelum udak kat duniyu ni ok.....!!!!!!
Posting Komentar